DAILY FREE SPIN

DAILY FREE SPIN

HEADLINE: Kampanye Akbar Pamungkas Pilpres 2024, Capres-Cawapres Berebut Efek Bandwagon?

HEADLINE: Kampanye Akbar Pamungkas Pilpres 2024, Capres-Cawapres Berebut Efek Bandwagon?

daily-free-spins.com – HEADLINE: Kampanye Akbar Pamungkas Pilpres 2024, Capres-Cawapres Berebut Efek Bandwagon?. Masa kampanye Pemilu 2024 tersisa 1 hari lagi. Masing-masing pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden pun memanfaatkan Kampanye Akbar pamungkas pada 10 Februari 2024 untuk menggenjot elektabilitas.

Paslon nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskadar dijadwalkan berkampanye di Jakarta Internasional Stadium (JIS), Jakara Utara. Kemudian paslon nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran dijadawalkan melangsungkan kampanye akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta.

Sedangkan paslon nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud Md akan menghelat kampanyenya di dua lokasi di Jateng yakni di Solo dan Semarang.

Pengamat Politik dari Unversitas Al Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin menilai, kampanye akbar terakhir Pilpres 2024 yang akan berlangsung Sabtu, 10 Februari 2024 besar kecil akan memiliki pengaruh terhadap perolehan suara capres-cawapres di Pilpres 2024.

Menurutnya, kampanye akbar akan memiliki pengaruh yang lebih besar pada pemilih yang masih bimbang atau swing voters.

“Saya melihat kampanye akbar ini pengaruhnya untuk mereka yang masih galau, mereka masih belum yakin dan mereka yang masih belum menentukan, dan itu akan dipengaruhi oleh kampanye akbar ini,” kata Ujang

Namun di sisi lain, Ujang juga berpandangan kampanye akbar akan memiliki pengaruh terhadap psikologis kemenangan paslon apabila dapat menciptakan pesan bahwa kekuatan dukungan massa dalam kampanye tersebut besar.

“Kampanye akbar ini juga bisa menjadi momentum untuk membangun psikologis kemenangan bagi masing-masing paslon juga bahwa yang hadir besar dan banyak misalkan ribuan atau jutaan, nah itu kan mempengaruhi psikologi kemenangan,” ucapnya.

“Namun sebaliknya, kalau yang hadir sedikit-kosong, nah itu akan mempengaruhi psikologis kekalahan, makanya masing-masing paslon mati-matian untuk membuat acaranya ramai, besar dan sukses.”

Kendati demikian, Ujang menilai, kekuatan dukungan massa yang hadir tidak menjamin perolehan suara paslon, karena massa yang hadir belum tentu hanya mereka relawan atau militansi paslonnya saja, melainkan juga ada massa yang dimobilisasi.

“Jadi saya melihat tidak ada jaminan semua yang hadir kampanye akbar itu bisa mencoblos untuk paslon tersebut, karena ada juga massa-massa yang dimobilisasi dengan ongkos tertentu dan mereka belum tentu memilih,” ungkap Ujang.

Sementara itu, Peneliti Senior Populi Center Usep S. Ahyar menilai, kampanye akbar kurang siginfikan untuk meraup suara. Menurutnya, kampanye akbar hanya menjadi momentum untuk merawat dan meneguhkan suara pemilih yang sudah menentukan pilihan.

“Karena sudah mendekati hari pencoblosan, saya kira kampanye akbar ini lebih banyak meneguhkan suara, Mungkin secara umum publik sudah menentukan pilihan, jadi (Kampanye Akbar) ini bisa jadi sebagai peneguhan suara kepada swing voters atau pemilih bimbang, itu lebih banyak begitu,” ucap Usep

Jadi pergeserannya menurut saya tidak akan terlalu siginifikan. Karena semua paslon capres-cawapres juga melakukan itu,” sambungnya.

Efek Bandwagon

Di samping itu, Usep melihat ada dampak yang kemungkinan bisa diambil dari agenda kampanye akbar di Pilpres 2024 ini, salah satunya yakni efek bandwagon dari jumlah massa yang hadir. Menurut Usep, kehadiran massa di kampanye akbar bisa memberikan ekspresi politik bahwa paslon ini memiliki pendukung banyak dan solid, dan hal ini bisa saja mempengaruhi pemilih.

Efek bandwagon adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan fenomena psikologi di mana seseorang cenderung mengikuti tren, gaya, sikap, dan lain sebagainya karena melihat banyak orang turut melakukan hal yang sama.

Secara psikologi, fenomena yang satu ini adalah bentuk bias kognitif yang mengakibatkan seseorang atau kelompok mengalami kesalahan dalam mengambil keputusan akibat adanya dorongan dari faktor eksternal dan internal. Singkatnya, efek bandwagon adalah fenomena ‘ikut-ikutan’, semakin banyak orang yang mengikuti sesuatu yang tengah ramai, maka semakin besar juga orang lain akan ikut-ikutan.

Ada efek bandwagon. Jadi orang melihat massa yang ramai dan bisa menjadikan pesan bahwa paslon ini pendukungnya banyak, solid dan sebagainya, dan bisa saja mempengaruhi psikologis para pemilih, terutama pemilih yang bimbang agar beralih,” ucapnya.

Namun demikian, Usep menyadari bahwa sesungguhnya massa yang hadir dalam kampanye akbar pilpres 2024 nanti, juga tidak akan menjamin mereka akan memilih, karena kemungkinan mereka yang hadir juga sudah memiliki preferensi pilihannya sendiri.

“Orang yang datang itu bukan orang yang mencari jawaban pilihannya apa, tapi lebih banyak menurut saya mereka sudah memilih,” pungkasnya.

Senada dengan Usep, Direktur Eksekutif PPI Adi Prayitno menilai, kampanye akbar merupakan ajang untuk menunjukkan kebolehan politik yang bertujuan untuk mendapatkan efek bandwagon publik soal preferensi pemilih di Pilpres 2024.

Kampanye akbar ini sebagai ajang untuk menunjukkan kebolehan politik. Yang tujuannya untuk apa? untuk bandwagon efek bahwa paslon yang kelihatan solid dia mampu menggerakan massa,” kata Adi

Menurut Adi, efek bandwagon besar kemungkinan akan menyasar pemilih-pemilih yang notabane-nya masih gamang dengan pilihan politiknya, seperti halnya swing voters atau undecided voters.

“Karena kelompok yang belum menentukan pilihan atau yang gamang terhadap pilihan politiknya, ada kecenderungan akan mengikuti pada kubu atau paslon yang kelihatan lebih banyak pendukungnya. Jadi itulah efek bandwagon,” ujarnya.

“Bisa dibayangkan kalau massa yang hadir itu sedikit ada kecenderungan masyarakat tidak mau memilih karena dinilai dia tidak solid dan tidak kuat serta dinilai akan kalah dalam pertempuran. Makanya bandwagon ini adalah salah satunya dengan cara menumpuk atau mengumpulkan massa dengan sedemikian rupa,” sambungnya.

Untuk itu, Adi mengaku tak heran apabila lebih selama seminggu ini, perang opini antar paslon 1 dan 2 tentang mobilisasi pendukung di JIS atau GBK terus muncul, karena hal itu merupakan salah satu cara untuk meraih efek bandwagon demi mempengaruhi pemikiran orang.

“Jadi intinya, siapa yang kelihatan paling banyak menggerakan pendukungnya ada kecenderungan dia akan diikuti oleh masyarakat yang masih belum menentukan pilihan politiknya,” ucap Adi.

Kampanye Akbar Anies-Muhaimin di JIS

Ketiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (Capres-Cawapres) di Pilpres 2024 akan melangsungkan kampanye akbar terakhir pada Sabtu, 10 Februari 2024.

Tim Nasional (Timnas) Pemenangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) diketahui tengah mematangkan persiapan kampanye Akbar AMIN di Jakarta Internasional Stadium (JIS) yang akan dilangsungkan pada Sabtu, 10 Februari 2024 besok.

Dewan Pakar Timnas AMIN Rusli Hedyaman mengungkapkan, pihaknya bakal melibatkan 1.800 simpul relawan serta simpatisan untuk membantu keamanan kampanye akbar terakhir AMIN di Jakarta Internasional Stadium (JIS) besok.

HEADLINE: Kampanye Akbar Pamungkas Pilpres 2024, Capres-Cawapres Berebut Efek Bandwagon?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke Atas